June 2024 CPI Inflation Slows Significantly

In June 2024, Indonesia's Consumer Price Index (CPI) inflation slowed significantly, recording a year-on-year increase of 2.51%, down from 2.84% in May. This rate was below the consensus expectation of 2.7% and was the slowest pace since September 2023. On a month-on-month basis, the headline CPI recorded deflation for the second consecutive month, falling by -0.08% in June after a decline of -0.03% in May.

Food, Beverage, and Tobacco (FBT) Category Drives Slowdown

A significant contributor to this slowdown was the food, beverage, and tobacco (FBT) category, which saw inflation ease to 4.95% year-on-year from 6.18% the previous month. The stabilization of food prices was largely due to a significant decline in the prices of key commodities such as shallots, which plummeted by 13.4% month-on-month.

Government Efforts to Stabilize Food Prices

The government has been proactive in its efforts to stabilize food prices. Measures to control the prices of rice, poultry, shallots, and garlic are expected to help keep inflation within the target range of 1.5% to 3.5% for the year. However, there are increased risks from a weakening rupiah, which could trigger higher imported inflation, given the government's food price stabilization efforts through imports.

Inflation Risks Seem to Continue to Decline

Looking ahead, inflation risks seem to be on a downward trend. The Indonesian government has decided to maintain fuel and electricity prices in July, which is expected to keep regulated prices within a narrow range. However, it is worth noting the potential for rice prices to rise as the harvest season ends, which could then affect headline inflation figures.

Simpan Views

We see that the ongoing slowdown in inflation can have both positive and negative implications. On the negative side, declining annual inflation and widening monthly deflation could reflect falling consumer purchasing power and economic weakness.

On the positive side, in theory, these developments could be a reason for the government to lower interest rates. This could support economic growth, which could ultimately attract continued foreign capital inflows. However, if interest rates are lowered too quickly, it could be a double-edged sword for the rupiah and the capital markets.

Overall, while there are some positive aspects, we believe that the current market conditions are still too risky for foreign capital to enter excessively, given the still-weak rupiah and the uncertainties of the global macroeconomy. Therefore, we still adopt a defensive strategy with a focus on blue-chip stocks with strong fundamentals and attractive valuations, as well as short-term bonds, for our portfolios.

_

Inflasi CPI Indonesia Melambat secara Signifikan di Juni

Pada Juni 2024, inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) Indonesia melambat secara signifikan, mencatat kenaikan tahun-ke-tahun sebesar 2,51%, turun dari 2,84% pada Mei. Tingkat ini di bawah ekspektasi konsensus sebesar 2,7% dan merupakan laju paling lambat sejak September 2023. Pada basis bulan-ke-bulan, CPI utama mencatat deflasi untuk bulan kedua berturut-turut, turun sebesar -0,08% pada Juni setelah penurunan -0,03% pada Mei.

Perlambatan Kategori Makanan, Minuman, dan Tembakau (FBT)

Kontributor signifikan terhadap perlambatan ini adalah kategori makanan, minuman, dan tembakau (FBT), yang mengalami inflasi turun menjadi 4,95% tahun-ke-tahun dari 6,18% bulan sebelumnya. Stabilnya harga makanan sebagian besar disebabkan oleh penurunan signifikan dari harga komoditas utama seperti bawang merah, yang anjlok sebesar 13,4% bulan-ke-bulan.

Usaha Pemerintah Menstabilkan Harga

Terlihat pemerintah telah proaktif dalam upaya menstabilkan harga makanan. Langkah-langkah untuk mengendalikan harga beras, unggas, bawang merah, dan bawang putih diharapkan dapat membantu menjaga inflasi dalam kisaran target 1,5% hingga 3,5% untuk tahun ini. Namun, ada peningkatan risiko dari pelemahan Rupiah, yang dapat memicu inflasi impor lebih tinggi, mengingat pemerintah melakukan stabilisasi harga makanan melalui impor.

Risiko Inflasi Menurun

Ke depannya, risiko inflasi tampaknya terus menurun. Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk mempertahankan harga bahan bakar dan listrik pada Juli, yang diharapkan menjaga harga yang diatur dalam kisaran sempit. Namun, perlu diperhatikan adanya potensi kenaikan harga beras seiring selesainya musim panen, yang kemudian dapat mempengaruhi angka inflasi utama.

Simpan Views

Kami melihat bahwa perkembangan inflasi yang terus melambat dapat membuahkan argumen dua sisi. Dari sisi negatif, inflasi tahunan yang melandai dan deflasi bulanan yang membesar dapat mencerminkan turunnya daya beli masyarakat dan pelemahan ekonomi.

Dari segi positif, secara teori, perkembangan ini bisa menjadi alasan bagi pemerintah untuk menurunkan suku bunga. Ini dapat menopang pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya bisa mengundang modal asing untuk terus masuk. Meski demikian, jika penurunan suku bunga dilakukan terlalu cepat justru akan menjadi pedang bermata dua untuk Rupiah dan juga pasar modal. 

Secara keseluruhan, walaupun adanya sisi positif, kami berpendapat bahwa kondisi pasar saat ini masih beresiko untuk modal asing untuk masuk secara berlebihan mengingat Rupiah yang masih cenderung lemah dan tidak menentunya makroekonomi dunia. Maka dari itu, kami masih mengadopsi strategi defensif dengan fokus pada saham blue chips berfundamental kuat dengan valuasi yang menarik serta obligasi berjangka pendek untuk portofolio kami.