Gambaran Manufaktur China hingga Inflasi di Indonesia
Ekonomi China Melalui PMI Manufaktur
PMI Manufaktur NBS Tiongkok turun tipis menjadi 49,4 pada November 2023 dari 49,5 Oktober, di bawah perkiraan pasar 49,7. Ini menandai angka terendah sejak Juni, menyoroti perlunya lebih banyak dukungan pemerintah di tengah lemahnya permintaan dan penurunan properti.
Takeaways:
- Kami memperhatikan bahwa pemulihan ekonomi di China belum sepenuhnya tercapai, terutama dari kontraksi sektor manufaktur selama dua bulan berturut-turut. Produksi, pesanan baru, dan ekspor semuanya terdampak dan yang mengejutka adalah sektor non-manufaktur juga mencapai titik terendahnya tahun ini. Bidang layanan khususnya, mengalami fase kontraksi, dengan pesanan baru dan lapangan kerja yang fluktuatif, serta pergerakan harga yang signifikan yang mempengaruhi permintaan dalam negeri China.
- Kami sadari bahwa kontraksi ini terjadi dalam konteks pengetatan secara global, di mana negara-negara mitra dagang China mengalami perlambatan. Sebagai hasilnya, aktivitas manufaktur yang terjadi tidak dapat sepenuhnya diserap oleh pasar global.
- Meskipun suku bunga global mengalami pengetatan, China saat ini menerapkan kebijakan yang bertolakbelakang dengan global. China menyuntikkan likuiditas untuk merangsang pertumbuhan domestik dan membantu pemulihan sektor properti. Pasar juga mencermati momentum pertumbuhan China yang melambat, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 hanya sebesar 4,5%.
- Ke depan, perkembangan di China akan menjadi indikator tambahan untuk memahami perubahan dalam fase ekonomi global yang saat ini mengalami perlambatan menuju pertumbuhan. Hal ini juga dapat memberikan dampak positif pada Indonesia sebagai mitra dagang strategis China, memicu potensi pertumbuhan produksi dalam negeri Indonesia.
Meningkatnya Inflasi Indonesia pada November
Di bulan November 2023, BPS mencatat laju inflasi tahunan Indonesia mencapai +2,86% year-on-year (YoY). Meskipun mengalami kenaikan, namun tetap berada dalam target bank sentral +2-4% YoY selama tujuh bulan berturut-turut.
Takeaways:
- Kami melihat, pendorong utama kenaikan inflasi pada bulan November adalah sektor makanan, khususnya cabai merah, cabai rawit, dan bawang yang mengalami kenaikan harga yang signifikan. Lonjakan ini dipicu oleh musim El-Nino dan menyebabkan laju inflasi bulanan mencapai 0,38% MoM.
- Inflasi yang terjadi akhir ini lebih banyak disebabkan karena kenaikan harga pangan akibat musim El-Nino yang mempengaruhi musim panen pangan dan bukan dikarenakan adanya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
- Kemudian, kami juga memperkirakan laju inflasi pada bulan Desember masih akan naik. Perkiraan ini didasari oleh adanya musim liburan yaitu natal dan tahun baru. Peningkatan khususnya akan terjadi pada harga makanan dan transportasi, sehingga pemerintah perlu mempersiapkan diri sehingga kenaikan tetap dalam rentang yang dapat diterima oleh masyarakat.
- Secara umum, Bank Indonesia pada pertemuan sebelumnya mempertahankan suku bunganya. Sehingga kenaikan inflasi akhir ini dapat berdampak terhadap imbal hasil riil. Oleh karena itu, kami akan terus memantau perkembangan yang akan terjadi kedepannya. Kami terus berusaha memastikan imbal hasil investasi yang diterima oleh investor dapat berada di atas inflasi setiap tahunnya.
Tim Investasi dan Riset Simpan Asset Management terdiri dari beberapa profesional pasar modal yang berlisensi WMI dan RSA. Tim kami setiap harinya melakukan analisa setiap instrumen investasi, kondisi makro dan mikro ekonomi serta sektoral agar dapat menjadi pertimbangan pengelolaan dana serta merangkum dan menyajikan informasi bermakna bagi Anda.